Selasa, 21 April 2009

Mouse yang satu ini sungguh luar biasa. Bayangkan harganya US$ 500!



JAKARTA, KOMPAS.com – Mouse yang satu ini sungguh luar biasa. Bayangkan harganya US$ 500!


Sesungguhnya SpacePilot Pro yang diproduksi oleh 3DConnexion ini sama sekali tidak mirip sebuah mouse. Mungkin lebih mirip 3D controller. Ukurannya bahkan lebih besar daripada sebuah mouse pad. Fisiknya didominasi oleh sebuah tombol navigator yang besar. Selain itu di panelnya juga tampak banyak tombol shortcut dan tombol-tombol lain yang bisa diprogram.

LCD pun tersedia di mouse aneh ini. Yang satu ini digunakan auntuk menggulung dan memilih aplikasi. Dari LCD – dengan bantuan applet – penggunanya juga bisa memperlihatkan konten, seperti e-mail baru.

SpacePilot Pro bekerja dengan baik di bawah Windows. Menurut produsennya, 3DConnexion, ini merupakan controller paling presisi yang pernah dibuatnya, yang mampu mengenali input sekecil 4 mikrometer. Sayangnya kebanyakan aplikasi konsumen saat ini tidak akan dapat memanfaatkan controller seharga US$ 500 ini dan sepertinya sia-sia jika cuma menggunakannya untuk teks, spreadsheet, atau bahkan image editing. Namun mereka yang suka menggunakan Google Earth pasti menyukainya.

Jaksa Hitam Bebas Buat Penyidikan Sulit

Proses pemberkasan kasus pengelapan dan penjualan barang bukti 343 butir pil ekstasi dengan tersangka Inspektur Satu Irvan, Jaenanto, dan dua orang jaksa Esther Thanak dan Dara Veranita terhambat.

Pasalnya, berita acara pemeriksaan (BAP) kasus tersebut dijadikan satu. Direktur Reserse Narkoba Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Arman Depari menegaskan hal tersebut di Jakarta, Rabu (15/4).

Penyidikan kasus tersebut terhambat lantaran keberadaan Esther dan Dara tidak diketahui. Kedua orang jaksa itu bahkan tidak memenuhi kewajiban untuk melapor pada Senin (13/4) lalu.

"Wajib lapor itu untuk kontrol bahwa yang bersangkutan mau diperiksa untuk penyidikan, " tutur Arman, Rabu (15/4). Esther dan Dara, masih kata Arman, diwajibkan untuk melapor dua kali dalam seminggu pada hari Senin dan Kamis.

Esther dan Dara dibebaskan empat hari lalu pada Sabtu (11/4) setelah menjalani masa penahanan selama 20 hari. Polisi dengan terpaksa mengeluarkan kedua Jaksa tersebut dari balik jeruji besi karena surat permohonan perpanjangan penahanan yang diajukan kepada pihak Kejaksaan tidak dikabulkan oleh Jaksa Agung, Hendarman Supandji.
.
"Tersangkanya tidak terlihat. Jelas ini menghambat penyidikan," tukas Arman. Ia menjelaskan surat perpanjangan penahanan bagi Dara dan Esther diajukan pada tanggal 31 Maret 2009 dengan nomor 285. Namun, pada tanggal 8 April penyidik mendapatkan surat balasan dari kejaksaan yang menolak permohonan polisi, "Isinya tidak bisa diperpanjang penahanan karena tidak ada izin dari Jaksa Agung, " tandasnya.

Akibat absennya kedua orang tersangka, polisi menjadi kesulitan untuk menjalankan proses penyidikan yang harus tetap berjalan. Padahal, polisi harus segera melimpahkan berkas kasusnya ke Kejaksaan Tinggi (Kejati) DKI Jakarta dalam waktu 40 hari setelah penahanan tersangka, "Kami mau cari mereka dimana? Mau bagaimana kami memeriksa mereka kalau mereka tidak ada?" jelas Arman.

Esther dan Dara resmi ditetapkan sebagai tersangka dan ditahan di PMJ sejak 23 Maret lalu, "Kami sudah melakukan kewajiban kami. Itu sudah hak dan wewenang jaksa untuk memberikan perpanjangan masa penahanan. Mana boleh tahan dia tanpa surat perpanjangan karena itu melanggar hukum."

Di sisi lain, Kepala Pusat Penerangan Hukum (Kapuspenkum) Kejaksaan Agung (Kejagung), Jasman Pandjaitan menyatakan pihak penyidik dari kepolisian bisa langsung melayangkan kembali surat panggilan kepada Dara dan Esther terkait absensi mereka pada hari Senin lalu.

"Ini masih proses jadi mereka bisa dipanggil lagi. Ada mekanisme hukum untuk menanganinya yang diatur dalam KUHAP, " terang Jasman. Ia menekankan agar polisi lebih fokus pada penyelesaian kasus ketimbang mempersoalkan masalah penahanan Esther dan Dara , "Mereka itu dipanggil sebagai Dara dan Esther pribadi. Jangan kaitkan dengan instansi. Tekankan pada proses penyidikannya, jangan penahanannya, " pungkas Jasman (MA/OL-04)

Hati-Hati, Modus Kejahatan Baru dengan Tisu Basah

Modus kejahatan kian hari makin ada-ada saja seperti salah satu modus yang baru-baru ini terjadi yaitu pembiusan dengan menggunakan tisu basah.

Pekan lalu, seorang penumpang bus Patas 45 jurusan Cililitan-Blok M hampir menjadi korban pembiusan. Kejadian bermula dari laporan seorang warga bernama Dodi. Ia yang sedang berada di dalam bus itu memberikan informasi ke Traffic Management Centre ( TMC) Polda Metro Jaya (PMJ) bahwa, pada Jum'at (17/4/2009) pagi, ia melihat seorang penumpang bus Patas 45 hampir menjadi korban pembiusan.

Kabid Humas PMJ, AKBP Cryshnanda Dwi Laksana menjelaskan, ketika itu, pelapor memperhatikan seseorang penumpang laki-laki naik ke dalam bus dengan melihat situasi di dalam bus lalu duduk di samping penumpang lainnya yang duduk sendirian. Pria itu sengaja memilih bus yang Dodi tumpangi karena tidak terlau penuh penumpang. Laki-laki tersebut mengeluarkan tisu basah yang biasa dijual di pasaran dan berpura-pura mengelap telapak tangannya.

Anehnya, bau tisu tersebut berbeda, aromanya seperti bau zat aseton dan spirtus bakar sehingga membuat pusing dan mual. Karena pelaku duduk dekat dengan korban, maka dengan bau tisu tersebut membuat korban menjadi tidak nyaman, merasa pusing, mual, bisa membuat korban pingsan, dan tidak sadarkan diri.

Di saat korban tidak sadarkan diri itulah pelaku akan beraksi dan menguras harta bendanya. Untungnya, aksi pelaku akhirnya digagalkan setelah korban dengan segera berpindah tempat atau turun dari bus tersebut karena keburu ketahuan penumpang lain.

Chryshnanda menerangkan apabila hendak bepergian dengan menggunakan kendaraan umum beberapa hal perlu dihindari agar bisa lolos dari incaran para pelaku kriminalitas. Hal-hal tersebut antara lain menghindari memakai perhiasan yang mencolok mata atau membawa barang berharga berlebihan.

“Bagi wanita, hindari juga memakai pakaian yang terlalu ketat, terlalu pendek, atau terlalu terbuka yang dapat menimbulkan nafsu bagi lawan jenis yang melihatnya, “ papar Chryshnanda, Sabtu (18/4).

Selanjutnya, masih kata Chryshnanda, ketika masuk dan naik ke dalam kendaraan umum, perhatikan sekeliling. "Apakah ada yang mencurigakan dari sikap, tingkah laku penumpang yang ada?" katanya. Pada saat duduk dan bersebelahan dengan seseorang, sapa dengan santun orang tersebut sambil diperhatikan orang tersebut mencurigakan atau tidak.

“Apabila orang yang duduk di sebelah terlihat melakukan suatu gerakan yang aneh atau mencurigakan, sebagai contoh mengeluarkan tisu dan tisu itu mengeluarkan aroma yang tidak lazim, usahakan untuk menjauh dari orang tersebut. Karena kalau ternyata aroma dari tisu itu adalah obat bius bisa membuat anda pusing bahkan pingsan,“ ujar Chryshnanda.

Kemudian, sebisa mungkin menghindari menaiki kendaraan umum yang penumpangnya sedikit atau sepi. Lalu, bila tidak terpaksa, hindari bepergian pada larut malam, “Terakhir, jangan lupa berdoa dan selalu mawas diri serta hati-hati,“ pungkasnya. (MA/OL-04)

Penyelundupan Black Berry Senilai Rp3,6 Miliar Digagalkan



JAKARTA--MI: Penyelundupan handphone blackberry senilai total Rp3,6 miliar dari Hong Kong dan Singapura diamankan petugas Bea dan Cukai Bandara Soekarno Hatta (BSH) di Terminal II D kedatangan Internasional.

"Penyelundupan barang dengan menggunakan berbagai macam modus itu dilakukan, tidak lain untuk menghindari pajak bea masuk ke Indonesia," Kata Kepala Kantor Pelayanan Bea dan Cukai (KKPBC) BSH, Rahmad Subagio yang ditemui Media Indonesia di acara serah terima Kajari Tangerang, Agus Sutoto kepada Suyono di Pendopon Bupati Tangerang, Banten, Selasa (21/4).

Begitu pula ketika ditanya apakah penyelundupan barang seperti itu kerap terjadi karena melibatkan oknum pejabat, Rahmad membantahnya. Pasalnya, barang itu dikirim melalui pesawat penumpang dan tidak disebutkan secara jelas di dokumen, untuk mengelabuhi petugas agar lolos dari pajak bea masuk yang sudah ditentukan.

Eko Darmanto, Kepala Seksi Penindakan dan Penyidikan KPBC BSH yang ditemui di tempat terpisah, mengatakan barang itu masuk ke Indonesia tidak sesuai dengan UU Nomor 17 tahun 2006, tentang kepabeanan, jo Peraturan Menteri Perdangan (Permendag) no 56/M.DAG/PER/12/2008, tentang impor barang tertentu yang menyebutkan produk hanphone hanya boleh diimpor oleh Information Teknologi (IT) yang sudah mempunyai NPIK dan telah diverifikasi oleh surveyor di negara asal.

"Barang seperti ini tidak bisa dibawa masuk dalam jumlah besar ke Indonesia atas nama pribadi," kata Eko sembari menambahkan bahwa masuknya barang tersebut ke Indonesia disinyalir dilakukan secara terorganisasi oleh pihak-pihak tertentu guna menghindari bea masuk.

Dan barang yang dibawa masuk oleh seorang penumpang asal Hong Kong dengan pesawat China Airline (CI 679) pada 15 April 2009, serta penumpang asal Singapura dengan menggunakan pesawat Singapore Airline (SQ 968) pada 17 April 2009 lalu itu, kata Eko bisa masuk ke areal BSH dengan cara dititipkan kepada warga negara Indonesia yang memiliki id (pas khusus) BSH.

"Inilah yang kami heran, kenapa orang yang punya pas itu bisa masuk hingga ke belalai atau dekat pesawat yang baru menurunkan penumpang," kata Eko. Padahal, berdasarkan ketentuan yang ada, pemegang pas yang bertujuan untuk mempermudah menjemput penumpang hanya bisa masuk sampai di gerbang imigrasi.

"Barang ini kita amankan berdasarkan kecurigaan petugas yang melihat salah seorang penumpang membawa barang dalam jumlah besar. Setelah dicek dan ternyata barang itu isinya tidak sesuai dengan apa yang disebutkan di dokumen (customs declaration), maka barang tersebut kita amankan," kata Eko. (SM/OL-02)

Ban Serep yang Bikin Pecah

PEMILU 2009 telah melahirkan perkara yang paling mengenaskan, yaitu konflik di tubuh partai. Siapa yang tidak sependapat dianggap musuh. Konflik internal pun berkembang menuju perpecahan yang serius.

Gejala itu terjadi di banyak partai yang kalah pada Pemilu Legislatif 2009. Konflik merebak gara-gara partai dijajah pragmatisme, tak punya idealisme, dan hanya memburu kekuasaan.

Hasil Pemilu 2009 hanya mencatat dua pemenang, yakni Partai Demokrat dan Partai Keadilan Sejahtera. Selebihnya tumbang. Partai Golkar mengalami penurunan suara paling banyak. Partai papan tengah PPP dan PAN pun mengalami hal sama. Anehnya di partai-partai yang kalah itu justru terjadi pertarungan internal untuk turut berkuasa, memperebutkan kursi calon wakil presiden.

Partai Golkar, Partai Amanat Nasional, dan Partai Persatuan Pembangunan sedang mengalami guncangan. Terjadi tarik-menarik elite partai. Ada yang hendak menggiring partai menuju lingkaran dalam kekuasaan, tapi ada yang hendak membentuk kubu sendiri. Ada pula yang ingin menjadi oposisi.

Elite partai ternyata tidak tertarik membahas jutaan rakyat yang kehilangan hak pilih. Elite partai tidak tergoda membicarakan daftar pemilih tetap yang amburadul. Semua cacat Pemilu 2009 telah ditukar dengan keinginan mendapatkan imbalan kursi dalam kabinet mendatang.

Lihat saja Partai Golkar. Setelah kalah dalam pemilu lalu, partai yang memenangi Pemilu 2004 itu kini terbelah dalam beberapa faksi. Ada yang menghendaki agar Golkar tetap mengajukan calon presiden sendiri, tetapi ada pula yang ingin Golkar merapat ke Partai Demokrat dengan menjadikan JK sebagai calon wakil presiden mendampingi SBY.

Ada juga yang ingin Golkar berkoalisi dengan PDIP. Tapi soal belum selesai. Sebab berkembang pula faksi yang ingin bukan JK.

Faksi-faksi dalam Golkar kian mengental setelah capres Partai Demokrat SBY mengeluarkan syarat wapres.

Internal PPP pun setali tiga uang. Elite partai berlambang Kabah itu terpolarisasi dalam dua kubu besar. Ada faksi Ketua Umum Suryadharma Ali dan faksi Ketua Majelis Pertimbangan Partai Bachtiar Chamsyah. Kubu Bachtiar ingin PPP merapat ke Demokrat, sedangkan kubu Suryadharma ingin ke PDIP atau Gerindra. Pertempuran kedua kubu itu mengancam keutuhan partai. Bahkan mulai mencuat suara-suara agar partai menggelar muktamar luar biasa untuk menggusur Suryadharma.

PAN pun menghadapi hal yang sama. Ketua Majelis Pertimbangan PAN Amien Rais turun gunung menggelar pertemuan di Yogyakarta. Kesepakatan Yogyakarta menyeru agar PAN merapat ke SBY. Sikap itu bisa bertentangan dengan DPP PAN yang masih menjajaki kemungkinan koalisi dengan bukan SBY. Tak bisa dihindari, PAN berada di ambang perpecahan.

PKS juga tak berbeda. Sekjen PKS Anis Matta mengancam PKS akan keluar dari koalisi jika SBY menerima kembali JK. Itu ancaman aneh karena koalisi saja belum terbentuk. Selain itu, berapa kursi yang diraih PKS sehingga berani-beraninya mengeluarkan ancaman? Sikap Anis itu pun menuai perlawanan di dalam tubuh PKS yang juga bisa membuat partai itu pecah-belah.

Itulah semua tabiat yang dipertontonkan elite partai. Pemilu yang seharusnya menjadi momentum konsolidasi, introspeksi, kini berubah menjadi racun yang merusak partai. Itu semata-mata karena partai telah dijajah pragmatisme, dikendalikan ketamakan berkuasa.

Begitulah, Pemilu Legislatif 2009 gagal melahirkan kultur politik baru, yakni yang kalah menjadi oposisi. Yang kalah pun tidak tahu diri, tetap tergiur untuk turut berkuasa sekalipun cuma jadi ban serep.

Tragisnya inilah ban serep yang bikin pecah partai.

1879 - RADEN Adjeng Kartini



RADEN Adjeng Kartini Kartini adalah seorang tokoh Jawa dan pahlawan nasional Indonesia. Kartini dikenal sebagai pelopor kebangkitan perempuan pribumi. Raden Adjeng Kartini adalah seseorang dari kalangan priyayi atau kelas bangsawan Jawa, putri Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat, Bupati Jepara. Kartini adalah anak kelima dari 11 bersaudara kandung dan tiri. Dari kesemua saudara sekandung, Kartini adalah anak perempuan tertua. Kartini menikah dengan Bupati Rembang KRM Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat pada 12 November 1903. Suaminya mengerti keinginan Kartini, dan Kartini diberi kebebasan serta didukung mendirikan sekolah wanita di sebelah timur pintu gerbang kompleks Kantor Kabupaten Rembang. Pada 17 September 1904, Kartini meninggal dunia pada usia 25 tahun atau hanya berselang empat hari setelah melahirkan anak pertamanya. Ia dimakamkan di Desa Bulu, Kecamatan Bulu, Rembang. Berkat kegigihan Kartini, sekolah wanita berhasil berdiri pada 1912 di Semarang melalui Yayasan Kartini. Nama sekolah tersebut adalah Sekolah Kartini. Yayasan Kartini sendiri didirikan keluarga Van Deventer, seorang tokoh politik etis. Setelah Kartini wafat, Mr JH Abendanon mengumpulkan dan membukukan surat-surat yang pernah dikirimkan RA Kartini pada teman-temannya di Eropa. Abendanon ketika itu menjabat sebagai Menteri Kebudayaan, Agama, dan Kerajinan Hindia Belanda. Buku yang diberi judul Door Duisternis tot Licht itu kemudian diterbitkan Balai Pustaka pada 1922, dengan judul Habis Gelap Terbitlah Terang: Boeah Pikiran.